15 December 2022
Last Updated: 05 August 2023

Peristiwa Natal kembali mengingatkan kita akan potret Allah yang Maha Agung, Sang Pencipta, yang oleh kasihNya akan dunia ini, menjelma menjadi manusia yang dilahirkan di Betlehem. Pada malam yang kudus itu, terjadi peristiwa yang sungguh menakjubkan; di hadapan para gembala para malaikat mengumandangkan pujian "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya." (Lukas 2:14). Namun di sisi lain, ketika mereka sampai di tempat di mana Yesus dilahirkan, betapa kontrasnya apa yang mereka dapati dengan deklarasi para malaikat. Sang Raja, dilahirkan di kandang binatang yang hina dan dibaringkan di dalam palungan. Tidak ada perayaan meriah seperti biasanya ketika seorang yang terhormat dilahirkan. Sungguh sebuah peristiwa paradoks, dimana Raja segala raja, Sang Penguasa kekekalan, hadir dalam segala kesederhanaan. Namun, rahasia ini dimaknai oleh para gembala yang juga dengan sederhana menyambut Sang Raja, walaupun Dia dilahirkan di tempat yang sangat hina.

               Rasul Paulus memahami makna kelahiran Yesus Kristus, Sang Raja yang datang untuk melayani dan menggembalakan umat-Nya; mereka yang menyambut-Nya. Sang Raja yang rela meninggalakan tahta-Nya untuk melayani mereka yang hina sekalipun. Dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi, Rasul Paulus mengungkapkan kebenaran tentang kelahiran, kehidupan dan kematian Yesus Kristus sebagai Sang Raja yang melayani dan rela menderita bahkan mati disalibkan guna keselamatan umat manusia (Filipi 2:5-11).

               Saya teringat tentang seorang yang sangat istimewa dan terkenal dikanca dunia yaitu Ratu Elisabeth II, penguasa terlama dalam sejarah Inggris karena memerintah selama 70 tahun sejak dinobatkan menjadi Ratu pada usia 25 tahun dan wafat di usia 96 tahun. Dalam masa pemerintahannya, Ratu Elisabeth II terkenal sebagai ratu yang melayani. Pada ulang tahunnya yang ke 90, tahun 2016 yang lalu, diterbitkan satu album mengingat pemerintahan dan pelayanannya sebagai 'Ratu yang melayani dan Raja yang dia layani.' Buku ini menceritakan mengenai kebiasaan, kesukaan dan secara khusus adalah ekspresi iman seorang Ratu Elisabeth II melalui pelayanan yang dia persembahkan bagi masyarakat di Inggris dan dunia dengan mengandalkan Tuhan sebagai Raja di atas segala Raja.

               Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan (Wahyu 19:16) adalah contoh dan teladan bagi Ratu Elisabeth II. Yesus adalah model dan jangkar dalam kehidupannya. Ratu Elisabeth mengatakan 'Allah mengutus Anak-Nya untuk melayani bukan dilayani. Dia memulihkan kasih dan pelayanan ke pusat kehidupan kita melalui Yesus Kristus' (buku: 'The servant queen and the King she serves', halaman 61). Hal ini menunjukkan bahwa kehambaan Kristus adalah teladan utama dalam kehidupan kita. Tidak ada satu alasan apapun yang bisa kita katakan untuk tidak meniru teladan itu siapapun kita, apapun kedudukan dan jabatan kita dalam dunia ini. Karena seringkali semua itu menjadi dinding yang cukup tinggi untuk memisahkan kita dari orang lain. Hendaklah standar penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan tidak menurun. Saya yakin bahwa orang-orang majus yang menyambut Yesus yang rela mengadakan perjalanan yang panjang dan mempersembahkan hadiah mereka adalah teladan yang luar biasa bagi kita sampai hari ini. Saya juga yakin bahwa penyambutan para majus terhadap Yesus sebagai Raja adalah Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Efesus mengenai kemuliaan Kristus, Efesus 1:19-23 "dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.”

               Mari kita sambut Sang Raja, yang walaupun dilahirkan di tempat yang sangat hina, namun Dialah Raja di atas segala raja. Semoga kita semakin memaknai Natal Yesus Kristus sebagai momen membarui penyerahan hidup kita. Yesus adalah Raja yang memerintah atas hidup kita. Sebagai Raja di atas segala raja, Dia telah menaklukan segala sesuatu di bawah kaki-Nya. Pemerintahan-Nya telah menaklukan dosa dan maut, Dia datang membawa sukacita kepada yang takut, membawa pengharapan bagi yang putus asa. Untuk itu sudah sepantasnya kita tunduk dan bertekuk lutut di bawah kekuatan kuasa-Nya!

"Ia Rajaku, harapanku, kekuatanku dan Allahku! Ia mulia Juru Selamatku di atas segala-galanya" (BNBK #41 ayat 3)

Tuhan memberkati.

SELAMAT MERAYAKAN NATAL YESUS KRISTUS!

 

KOMISIONER WIDIAWATI TAMPAI
PEMIMPIN PELAYANAN WANITA TERITORIAL

Tags: Spiritual, Territorial, Women's Ministries